Sunday, October 21, 2007

Filsafat Dunia Zainurahmanisme

Filsafat Dunia Zainurrahmanisme


BAGIAN II

Dunia bersama

Dunia bersama tercipta sebagai suatu lingkungan atau ruang yang menampung seluruh makhluk dengan segala aktifitasnya. Dunia bersama inilah yang mempertemukan dunia-dunia pribadi masing-masing; pemikiran dan perasaan yang merupakan pembentuk dunia pribadi jika terkumpul akan membentuk suatu pemikiran dan perasaan yang mendunia. Mendunia mempunyai dua arti, yang pertama mengalami perluasan, menjalar atau menyebar keseluruh bagian dunia, yang kedua menjadi suatu dunia dan menghuni dunia tersebut.
Bumi merupakan dunia bersama, yang secara terpisah-pisah terbagi atas beberapa cakupan. Dari yan terkecil adalah dunia bersama keluarga, RT, RW, kemudian kelurahan, desa, kota, propinsi, negara dan dunia. Perhatikanlah gerak cakupan yang meluas itu, yang sebenarnya hanyalah skala-skala, jarak-jarak, radius, dan sebagainya. Padahal jika diteliti, gerk cakupan itu mengklasifikasi kedekatan dan kesatuan manusia. Bumi ini hanyalah suatu dataran dengan lekuk-lekuknya yang berair. Batas-batas itu adalah ciptaan manusia. Batas-batas dunia bersama berskala itu menimbulkan suatu perbedaan kedekatan dan kesatuan antara manusia-manusia. Dunia bersama akhirya terblok-blok, dan blok-blok itu ada dalam dunia bersama mutlak, yakni bumi ini secara keseluruhan.
Manusia-manusia dengan dunia pribadinya segera brgumul dalam dunia bersama berska, dan pergumulan tersebut mengakibatkan adanya integrasi dan sinkronisasi warna dunia, seperti perasaan terhadap sesuatu, gaya berpikir, gaya hidup, kesemuanya ini pada gilirannya akan menjadi searah antara dunia pribadi satu dengan yang lain, penyamaan ini menimbulkan suatu kedekatan dan keakraban, dengan istilah lain terorganisir atu adnya persatuan dan kesatuan.
Inilah dunia bersama berskala dan dunia bersama mutlak yang menampung dunia-dunia pribadi, dan secara paradoksal dunia-duni pribadi tersebut meniptakan dunia bersama berskala dan mutlak.
Terciptanya dunia bersama karena mendunianya manusia-manusia dan pemikirannya, bergumulnya manusia-manusia, namun yang paling inti, dunia bersama mutlak (bumi) atau universe ini menjadi dunia bersama karena memfasilitasi mnusia untuk ber-ada. Dengan segala sarana penunjang kehidupan manusia. Planet-planet lain merupakan dunia bersama, laut merupakan dunia bersama, tetai bukn untuk manusia manusia memiliki kemampuan mengunjungi dunia yang bukan dunianya, namun ada batas-batas yang tidak dapat dilewati oleh manusia. Meskipun air atau laut merupakan bagian dari bumi, angkasa dan planet-planet dalah bagian dari semesta, semuanya bukan dunia untuk dihuni manusia. Karea tida ada penunjang hidup. Meskipu demikian, kesemuanya itu bisa menjadi bagian dari dunia kita yang tak berbatas. Artinya, kita menyadari adanya dunia luas itu terakui, namun dunia-dunia asing tersebut bukan dunia bersama yang dapat dihuni, karena bukan habitatnya manusia.
Sekali-kali kita merasa asing dalam dunia kita sendiri. Perasaan terasing itu difaktori oleh perbedaan-perbedaan yang ada di antara dunia pribadi dan dunia bersama. Kataknlah jika dunia pribadi atau dunia bersama itu beum terjadi singkronisasi. Perbedaan tersebut biasanya disebabkan oleh warn sosial, sikap dan gaya masyarakat yang baru bagi kita, sehingga kita mengalami etersisihan dan kecemasan. Butuh upaya untuk dapat bersinkronisasi dengan keadaan-keadaan tersebut.
Bertemunya arus-arus kebiasaan yang berbeda antara dunia pribadi dan dunia bersama tersebut akan menciptakan suatu medan abstrak yang mempengaruhi psikologi dunia pribadi. Atmosfer psikis dapat merubah dunia pribadi, jika dunia pribadi memasuki atmosfer dunia-dunia pribadi yang lain, pada dasarnya ini manusiawi, akan tetapi dunia pribadi itu senantiasa berubah-ubah menjadikan kita tidak asli. Dan secara langsung dapat dikatakan kita tidak memiliki predikat diri yang tetap, tidak berjati diri. Dapatkah manusia tetap konsisten dan tidak terefeksasi dengan atmosfer-atmosfer sosial? Jawabannya adalah ‘ya’. Tetapi sebelumnya manusia tersebut harus benar-benar telah membeningkan dunia dan kesehariannya, telah mengenal dirinya dan dunianya. Sebelum semua ini erlaksana, maka manusia tidak akan pernah mencapai totalitas konsistensi dunia dirinya yang permanen (selesai).